r.e.d_blog: November 2009

JAKARTA (SI) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan,pemerintah akan menggenjot pertumbuhan industri manufaktur untuk menciptakan perekonomian yang berkualitasMenurut dia, pertumbuhan pada sektor padat karya ini diyakini mampu menekan angka kemiskinan selama lima tahun mendatang.
”Selain itu juga menumbuhkan sektor koperasi serta usaha kecil dan menengah (UKM) guna menekan kemiskinan dan pengangguran,” kata dia ketika berkunjung ke kantor harian Seputar Indonesia, Jakarta kemarin. Dalam hal ini, Hatta menuturkan, pemerintah harus melakukan revitalisasi dan memilah industri yang paling tepat bagi Indonesia. Di sektor manufaktur,dia mengatakan, pemerintah saat ini sedang membidik pengembangan industri berbasis sumber daya alam,seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/ CPO). Dia mengatakan, skema yang disiapkan untuk industri CPO tersebut berupa pemberian disinsentif dan insentif. ”Kebijakan disinsentif dilakukan kepada ekspor minyak sawit mentah. Tapi pada industri downstream, pemerintah akan memberikan insentif,” ujar Hatta. Sejalan dengan ini, menurut dia, pemerintah berencana membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Riau dan Kalimantan yang banyak menghasilkan CPO. Adapun program revitalisasi, antara lain akan dilakukan pada industri gula. Hatta mengakui,pertumbuhan industri manufaktur saat ini kalah pesat dibandingkan sektor padat modal, seperti telekomunikasi yang tidak banyak menyerap tenaga kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pertumbuhan industri pada kuartal III/2009 hanya 2,8%, jauh lebih rendah dibandingkan kinerja sektor pertanian yang tumbuh 7,3%, konstruksi (5,5%), transportasi dan komunikasi (5,1%), dan perdagangan hotel serta restoran (4,6%). Rendahnya pertumbuhan industri, antara lain dipicu pelemahan ekspor dan masih besarnya ketergantungan terhadap impor barang modal serta bahan baku/ penolong. Adapun untuk mendorong pertumbuhan sektor rill, terutama usaha berskala kecil, pemerintah tahun ini menyediakan penjaminan sebesar Rp2 triliun per tahun untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan gearing ratio 1:10 sehingga dana KUR yang bergulir di masyarakat mencapai Rp20 triliun per tahun. Program ini,tutur Hatta,ujungnya untuk menjaga daya beli masyarakat agar tidak jatuh. Dengan demikian jika program ini gagal, target penurunan angka kemiskinan akan terganggu dan kualitas pertumbuhan ekonomi juga berkurang. Pertumbuhan ekonomi nasional disumbang oleh konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, ekspor, dan investasi. Kontribusi terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga.Pada kuartal III/2009, misalnya, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,75%,berkontribusi 63% dari total pertumbuhan ekonomi 3,87%. ”Ini menunjukan daya beli kita terjaga,”imbuhya. Ke depan pun,Hatta optimistis daya beli masyarakat masih cukup kuat kendati ada potensi kenaikan tekanan inflasi seiring pemulihan ekonomi global. Dia menuturkan, faktor utama yang memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat adalah masalah pangan.Adapun pada saat ini,ujarnya,pemerintah sudah mengamankan pasokan pangan sehingga spekulasi harga berkurang. Pemerintah juga tidak khawatir daya beli masyarakat langsung anjlok begitu inflasi melambung.” Karena sektor pangan yang paling kritis sudah di tangan kita. Kecuali kalau untuk sektor ini kita masih tergantung impor,” terang dia. Pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Sri Adiningsih mengatakan, pemerintah juga harus melakukan cara lain untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi berkualitas,misalnya dengan meningkatkan investasi pada pembangunan infrastruktur. ”Mendorong pertumbuhan industri manufaktur itu hanya salah satunya,” kata dia.Terkait hal tersebut, menurut dia, pemerintah harus mampu mengembangkan sektorsektor industri berdaya saing tinggi di pasar internasional.

sumber: Seputar Indonesia (google.com)

r.e.d_blog

Jumat, 20 November 2009

Pemerintah Fokus ke Manufaktur

contoh announcement

contoh annountc

Pengikut

Arsip Blog

Mengenai Saya